Kamis, 16 Juni 2011

Peranan Internet di Bidang Pertanian

Dalam era globalisasi yang semakin menguat, penguasaan terhadap Teknologi Komunikasi dan Informasi merupakan keharusan yang tak lagi bisa ditawar. Teknologi diyakini sebagai alat pengubah. Sejarah membuktikan evolusi teknologi selalu terjadi sebagai tujuan atas hasil upaya keras para jenius yang pada gilirannya temuan teknologi tersebut diaplikasikan untuk memperoleh kemudahan dalam aktivitas kehidupan dan selanjutnya memperoleh manfaat dari padanya.

Teknologi Informasi Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Teknologi informasi mempunyai tiga peranan pokok:
1. Instrumen dalam mengoptimalkan proses pembangunan, yaitu dengan memberikan dukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Produk dan jasa teknologi informasi merupakan komoditas yang mampu memberikan peningkatan pendapatan baik bagi perorangan, dunia usaha dan bahkan negara dalam bentuk devisa hasil eksport jasa dan produk industry telematika.
3. Teknologi informasi bisa menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa, melalui pengembangan sistem informasi yang menghubungkan semua institusi dan area seluruh wilayah nusantara.

Kesadaran pentingnya Teknologi Komunikasi dan Informasi yang biasanya disebut ICT (Information and Communication Technologi), bukan hanya monopoli kalangan pengusaha besar saja tetapi juga bertumbuh di kalangan pengusaha kecil dan kekuatan-kekuatan masyarakat lain, seperti Koperasi, Kelompok Tani, dan Masyarakat biasa. ICT diyakini berperan penting dalam pengembangan bisnis, kelembagaan organisasi, dan juga mampu mendorong percepatan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat.

Teknologi juga memegang peranan penting dalam pengembangan pertanian. Teknologi dimafaatkan dalam tiga cabang utama pertanian yaitu penanaman, peternakan, dan perikanan.Salah satu contoh Teknologi Informasi Komunikasi yaitu internet. Internet menyajikan dunia secara tanpa batas. Lewat sarana inilah diharapkan dapat digunakan untuk mencari segala informasi yang dibutuhkan dan dapat pula digunakan oleh masyarakat desa untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomian melalui korespondensi dengan orang lain atau perusahaan di berbagai penjuru dunia baik Informasi terkini maupun informasi terlama bisa didapat dan dikirimkan dengan cepat. Selama ini masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa disebabkan kurangnya informasi yang baru dan tepat. Informasi dari internet berfungsi sebagai langkah awal untuk menyelesaikan masalah yang kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan yang lain.

Internet memberi informasi kepada para petani dalam pemeliharaan tanaman dan hewan, pemberian pupuk, irigasi, ramalan cuaca dan harga pasaran. Manfaat internet menguntungkan para petani dalam hal kegiatan advokasi dan kooperasi. Internet juga bermanfaat untuk mengkoordinasikan penanaman agar selalu ada persediaan di pasar, lebih teratur dan harga jual normal. Jika para petani memerlukan informasi khusus yang tidak dapat segera dilayani para petugas penyuluhan pertanian, maka mereka bisa mendapatkan informasi tersebut dari internet.

Pengenalan internet bisa dimulai dari para pemuka masyarakatnya. Para pemimpin tersebut perlu diyakinkan akan efektivitas internet dalam membidik sasaran-sasaran pembangunan yang ditetapkan. Dengan demikian manfaat internet dapat cepat disebarluaskan kepada masyarakat banyak melalui para pemuka masyarakat tersebut. Struktur masyarakat perdesaan tersusun dalam kelompok-kelompok, baik itu kelompok usaha, kesenian, ataupun kelompok social lainnya, yang masing-masing mempunyai pemimpinnya. Para pemuka masyarakat dapat diberdayakan untuk menunjukkan manfaat internet bagi setiap kelompoknya. Pemberdayaan tersebut dapat dilakukan melalui kampanye lokal, pelatihan-pelatihan dan proyek percontohan.

Dengan lancarnya arus informasi, keterlambatan dan miskomunikasi mengenai penanaman, pemupukan, penyemprotan, pemanenan, pengeringan, dan penjualan hampir tidak terjadi lagi. Koperasi dapat mengetahui kebutuhan mingguan para petani secara akurat dan menjadwalkannya dengan baik, musim panen dapat dirotasi, harga lebih stabil, sementara koperasi dapat menjadi pengumpul dan pemasar hasil produksi langsung kepada konsumen akhir. Peran tengkulak dan pengijon secara bertahap dieliminasi.Harapannya TIK ini dapat digunakan oleh sebanyak mungkin petani Indonesia atau bahkan para petani di dunia agar produktivitas padi mereka meningkat, dan dijadikan sebagai alat pengembangan pertanian, demikian pula untuk kesejahteraan hidupnya.

Keberadaan konsumen selalu penting bagi produsen, untuk memahami konsumen dan bagaimana cara terbaik untuk pasar mereka dengan kemajuan teknologi yang signifikan selama dua dekade, kini pemasar dihadapkan dengan lebih banyak alternatif dan memahami bagaimana menyusun kebijakan promosi, namun apa yang diharapkan ternyata lebih sulit. Industri pertanian (sektor yang penting di seluruh dunia) memiliki pengecualian. 

Di Amerika Serikat ada sekitar 2,1 juta peternakan dengan nilai produksi melebihi $217 miliar dan biaya produksi melebihi $190 miliar. Pertanian memiliki peran yang lebih menonjol. Meskipun sering disebut sebagai petani, maka produsen pertanian adalah penjual dan sekaligus pembeli, dan penting untuk setiap bisnis yaitu tentang target pasar yang besar untuk memahami bagaimana keputusan pembelian yang dibuat dan apa yang diharapkan dari adanya komunikasi pemasaran. Pertanian merupakan salah satu budaya industri tertua dan selalu berhadapan dengan banyak perubahan.

Perhatian utama bagi produsen pertanian selama sepuluh tahun terakhir di Amerika Serikat telah mengalami penurunan besar terkait harga komoditas karena pengaruh global dan adanya Reformasi Undang-Undang Federal (FAIR), yang pada tahun 1996. FAIR dimaksudkan sebagai kontrol produksi dengan membatasi jenis dan jumlah produk yang dihasilkan. Idenya adalah jika produksi pertanian melimpah akan menurunkan harga, dan pelanggan akan membeli, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan permintaan. Dalam kenyataannya, produk pertanian seperti makanan seringkali terjadi penurunan harga, namun tetap tidak merangsang permintaan. Sementara itu untuk produk pertanian plummeted, biaya operasional terus meningkat.

Keadaan ini membawa efek kombinasi, bahkan jumlah produsen pertanian di Amerika Serikat menurun dari 6,8 juta (1935) menjadi 2,1 juta (2004). Industri pertanian sebagai produsen telah dipaksa untuk menyerap lebih banyak tagihan yang belum dibayarkan dengan profitabilitas memburuk. Penurunan profit margin dan meningkatnya jumlah kegagalan ternak dan menyebabkan pesimisme.

Kini strategi efisiensi lebih menjanjikan yaitu peningkatan manfaat teknologi, seiring dengan lebih canggihnya traktor dan peralatan, adopsi teknologi peramalan cuaca, global positioning system (GPS), citra satelit dan bioteknologi. Yang menarik dalam kajian ini adalah penggunaan internet dan peranan dalam pemasaran pada industri pertanian.

Peranan internet sebagai sumber informasi praktis yang formal dan informal. Informasi dapat diakses setiap saat setiap hari. Sejumlah situs pertanian, seperti DirectAg.com menyediakan prakiraan cuaca, harga tanaman, jasa keuangan dan industri, serta berita umum lainnya. Internet juga berfungsi sebagai sumber informasi informal, membawa produser yang memiliki memiliki minat sama meskipun terpisah secara geografis. Melalui ruang chatting dan email, produsen pertanian dapat membicarakan produktivitas kontrol hama atau masalah lainnya dengan para ahli di lapangan. Internet memungkinkan untuk interaksi sosial di antara produsen yang relatif terpencil dari satu sama lain.

Sementara internet sebagai sumber informasi umum, situs web yang lebih bersifat interaktif dan memungkinkan produsen untuk input dan menyimpan informasi lapangan. Informasi ini dapat dikombinasikan dengan cuaca dan pasar dalam memanfaatkan data secara canggih untuk menentukan model seperti kontrol hama atau strategi pupuk. VantagePoint dan mPower3, adalah dua dari situs web yang dirancang untuk membantu produsen meningkatkan produktivitas lading

Internet adalah sumber yang berharga untuk membeli perlengkapan. Misalnya simpanan hingga 30% dapat dicapai oleh pemotongan harga dari supplier dan distributor untuk produk-produk seperti bibit, pupuk, dan perlindungan tanaman bahan kimia. Produsen kecil dan independen yang tidak cukup memenuhi syarat volume ke dealer, secara bersama potongan harga pada masing-masing dapat digabungkan untuk membeli kebutuhan dengan produsen lainnya sehingga mendapatkan harga yang lebih baik.

Pertani tradisional dalam menjual produk ke pasar, kadang-kadang harus menempuh perjalanan hingga ratusan kilometer dalam upaya untuk mendapatkan harga yang lebih baik. Ini sangat mahal dan memakan waktu. Sebaliknya, Internet membuka pasar global sampai ke konsumen, bahkan di daerah terpencil. Produsen memiliki akses harga produk yang lebih baik dan konsumen mendapat harga terjangkau. Selain itu dapat menjaga sapi, kambing, ayam, babi dan ternak lainnya dari infeksi hingga ke tempat pelelangan.

Koneksi internet menyediakan berbagai fungsi dan manfaat kepada produsen pertanian. Namun, menurut laporan oleh National Agricultural Statistics Service Amerika Serikat, hanya sekitar setengah dari produsen pertanian memiliki akses internet. Sementara laporan statistik penggunaan internet berbeda-beda, dengan beberapa studi melaporkan penggunaan biaya operasional rendah, dan laporan lain lebih tinggi. Sekitar 8 persen dari produsen pertanian melakukan transaksi e-commerce (USDA-NASS Farm Komputer Penggunaan dan Kepemilikan 2003), di sisi lain para produsen yang membeli atau menjual on-line cenderung lebih besar.

 Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Internet dan tujuan yang digunakan mungkin berbeda-beda menurut jenis operasionalnya. Misalnya, peternak akan lebih cenderung untuk membeli produk pertanian yang lebih bersih daripada kedelai growers. Dari produsen melakukan transaksi e-commerce, lebih dari 40 persen laporan pada pembelian tanaman, 33 persen membeli ternak dan 25 persen menjual ternak melalui Internet.
Dengan banyak keuntungan penggunaan internet dalam industri pertanian, sangat mengejutkan bahwa ternyata banyak produsen pertanian tidak memanfaatkan perangkat ini untuk menjalankan bisnis mereka menjadi lebih baik. Apa yang mendorong keengganan dari beberapa produsen pertanian untuk memanfaatkan internet, yaitu :
a. Keterbatasan fisik (infrastruktur dan permodalan) dan non-fisik (SDM) maupun kurangnya minat teknologi pada umumnya. Petani yang bergantung pada metode produksi tradisional berserta peralatannya (petani di Jawa lebih suka membeli sapi dibandingkan membeli traktor). Para produsen tidak menggunakan Internet untuk alasan bahwa di ladang tidak ada komputer.
b. Penelitian di Amerika serikat menunjukkan bahwa hampir 60 persen dari petani menggunakan komputer, hanya 48-50 persen menggunakan Internet, dan hanya 8 persen membuat transaksi e-commerce.
c. Produsen yang menggunakan komputer namun tidak dapat terhubung ke internet karena memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk mendapatkan akses di daerah pedesaan. Saluran telepon di daerah pedesaan yang ”out of service” atau nirkabel dengan biaya ribuan dolar, sungguh akses yang tidak mudah di beberapa daerah.
 d. Faktor lain mungkin enggan untuk menggunakan Internet karena keamanan dan privasi. Websites seperti VantagePoint dan mPower3 membolehkan produsen produksi peternakan untuk menyimpan data agregat peternakan, walaupun tetap rahasia, petani mungkin khawatir bahwa secara teknis dapat diidentifikasi. Demikian juga, selalu ada kekhawatiran tentang data keuangan dan nomor kartu kredit yang ditransfer melalui internet. Terakhir, bahwa sistem distribusi tradisional dalam budaya industri pertanian sangat berakar pada layanan pribadi dan interaksi ”face to face.”antara produsen dan bayer.

Keberadaan konsumen selalu penting bagi produsen, untuk memahami konsumen dan bagaimana cara terbaik untuk pasar mereka dengan kemajuan teknologi yang signifikan selama dua dekade, kini pemasar dihadapkan dengan lebih banyak alternatif dan memahami bagaimana menyusun kebijakan promosi, namun apa yang diharapkan ternyata lebih sulit. Industri pertanian (sektor yang penting di seluruh dunia) memiliki pengecualian. Di Amerika Serikat ada sekitar 2,1 juta peternakan dengan nilai produksi melebihi $217 miliar dan biaya produksi melebihi $190 miliar. Pertanian memiliki peran yang lebih menonjol. Meskipun sering disebut sebagai petani, maka produsen pertanian adalah penjual dan sekaligus pembeli, dan penting untuk setiap bisnis yaitu tentang target pasar yang besar untuk memahami bagaimana keputusan pembelian yang dibuat dan apa yang diharapkan dari adanya komunikasi pemasaran. Pertanian merupakan salah satu budaya industri tertua dan selalu berhadapan dengan banyak perubahan.

Perhatian utama bagi produsen pertanian selama sepuluh tahun terakhir di Amerika Serikat telah mengalami penurunan besar terkait harga komoditas karena pengaruh global dan adanya Reformasi Undang-Undang Federal (FAIR), yang pada tahun 1996. FAIR dimaksudkan sebagai kontrol produksi dengan membatasi jenis dan jumlah produk yang dihasilkan. Idenya adalah jika produksi pertanian melimpah akan menurunkan harga, dan pelanggan akan membeli, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan permintaan. Dalam kenyataannya, produk pertanian seperti makanan seringkali terjadi penurunan harga, namun tetap tidak merangsang permintaan. Sementara itu untuk produk pertanian plummeted, biaya operasional terus meningkat.

Keadaan ini membawa efek kombinasi, bahkan jumlah produsen pertanian di Amerika Serikat menurun dari 6,8 juta (1935) menjadi 2,1 juta (2004). Industri pertanian sebagai produsen telah dipaksa untuk menyerap lebih banyak tagihan yang belum dibayarkan dengan profitabilitas memburuk. Penurunan profit margin dan meningkatnya jumlah kegagalan ternak dan menyebabkan pesimisme.

Kini strategi efisiensi lebih menjanjikan yaitu peningkatan manfaat teknologi, seiring dengan lebih canggihnya traktor dan peralatan, adopsi teknologi peramalan cuaca, global positioning system (GPS), citra satelit dan bioteknologi. Yang menarik dalam kajian ini adalah penggunaan internet dan peranan dalam pemasaran pada industri pertanian.

Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pertanian


Pertanian merupakan sebuah sektor yang memilki peranan cukup penting dalam kehidupan manusia. Karena inilah yang menjadi dasar dalam penyediaan sandang, pangan, dan papan dalam menjalankan  kehidupan. Selain itu di Indonesia sendiri sektor pertanianlah yang menjadi sektor andalan dan menjadi tumpuan kehidupan masyarakat pada umumnya, karena Indonesia merupakan negara agraris, akibatnya banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani. 


     Akan tetapi pengelolaan usaha tani di Indonesia itu masih bersifat tradisional, dan belum menggunakan teknologi yang tinggi. Akibatnya hal itu berdampak pada rendahnya produktivitas usaha tani yang dihasilkan. apalagi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, otomatis kebutuhan terhadap sektor pertanian dan tuntutan terhadap kebutuhan sandang, pangan, papan pun semakin meningkat, terlebih lagi kebutuhan akan pangan, karena jika tidak ada pangan, masyarakat tidak akan dapat hidup dan bagus tidaknya ketahanan pangan suatu negara itu dapat menjadi indikator keberhasilan suatu negara.


     Memasuki era perdagangan bebas dan tren desentralisasi, pembangunan pertanian menghadapi berbagai tantangan, yaitu pemenuhan kecukupan pangan, peningkatan kesejahteraan petani, serta penyediaan lapangan kerja melalui pengembangan usaha dan sistem agribisnis berdaya saing. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin besar terhadap sektor pertanian khusunya pangan, maka diperlukan adanya upaya pengembangan di berbagai sisi, termasuk pengembangan teknologi, sistem manajemen usaha tani, dan lain-lain. 

     Pengembangan teknologi sangat berpengaruh sekali untuk menghasilkan efek-efek yang sinergis dalam menumbuhkan pertanian. Misalnya untuk membantu para petani indonesia yang mengolah lahannya dengan cara-cara tradisional dan belum menggunakan teknologi yang tinggi, para peneliti ini harus mencari cara apa dan teknologi informasi komunikasi apa yang cocok diterapkan dalam pertanian di masyarakat indonesia ini, sehingga nantinya akan meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka.intinya para peneliti maupun yang bergelut dalam bidang pertanian dapat menciptakan suatu teknlogi informasi dan komunikasi untuk bidang pertanian (informatika pertanian), yang dapat digunakan secara bersama meningkatkan kompetensi dan kemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi bagi pengembangan bidang pertanian dalam arti luas di Indonesia.

     Dengan demikian, untuk mengelola usaha taninya dengan baik, petani memerlukan berbagai sumber informasi, antara lain : kebijakan pemerintah; hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu; pengalaman petani lain; dan informasi terkini mengenai prospek pasar yang berkaitan dengan sarana produksi dan produk pertanian. Sistem pengetahuan dan informasi pertanian tersebut dapat berperan dalam membantu petani dengan melibatkannya secara langsung terhadap sejumlah besar kesempatan, sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi faktual di lapangan. Perkembangan jejaring pertukaran informasi di antara pelaku yang terkait merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi pertanian. 

     Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi serta peran aktif berbagai institusi pemerintahan maupun nonpemerintahan (swasta dan LSM) dan masyarakat jaringan informasi bidang pertanian di tingkat petani diharapkan dapat diwujudkan. Akan tetapi para petani di indonesia sering sekali untuk mengakses teknologi yang ada yang telah dikembangkan oleh berbagai peneliti. Oleh karena itu disini diperlukan adanya peran penyuluh pertanian yang dapat mensoailisasikan tentang penggunaan teknologi yang dapat membatu dalam pengelolaan usaha tani mereka sehingga nantinya akan menciptakan suatu usaha tani yang lebih produktif dan efisien. 

     Oleh karena itu diperlukan tenaga penyuluh yang benar-benat kompeten untuk membantu menerpakan dan mengaplikasikan penggunaan teknologi ke para petani. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan multimedia yang begitu cepat maka akan berdampak pada peningkatan terhadap kualitas sumber daya tenaga penyuluh. Penyuluh pertanian dituntut untuk memahami teknologi informasi dan komunikasi selain dari ilmu-ilmu mengenai pertanian. Oleh sebab itu para penyuluh juga harus mampu mengaplikasikan teknologi informasi sebelum mereka melakukan penyuluhan-penyuluhan. 
     
     Sehingga pada akhirnya Penyuluhan berfungsi untuk menjembatani kesenjangan antara praktek yang harus atau biasa dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang yang menjadi kebutuhan petani tersebut. Penyuluh pertanian akan membimbing petani dengan pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang untuk diterapkan kepada petani dalam usaha taninya. Sebaliknya jika petani mempunyai masalah yang memerlukan pemecahan para ahli, seperti kegagalan panen akibat serangan hama/ keadaan tanahnya dapat disampaikan kepada para ahli melalui penyulu. 

     Jadi, hubungan antara petani dan para ahli dapat dijembatani oleh penyuluh yang secara langsung dapat menemukan dan menginvertarisasi serta membawa masalah tersebut sehingga pemecahannya dapat dilakukan oleh para ahli. Jadi, peran penyluh pertanian disini sangat penting bagi petani dalam mengembangkan usaha taninya.selain membawa teknologi informasi kepada para petani yang dapat dighunakan untuk meningkatkan kulaitas usaha taninya, juga dapat dijadikan sebagai media komunikasi antara pemerintah dan petani.

Contohnya tentang penginderaan jauh di sektor pertanian.
Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu atau teknologi untuk memperoleh informasi atau fenomena alam melalui analisis suatu data yang diperoleh dari hasil rekaman obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Perekaman atau pengumpulan data penginderaan jauh (inderaja) dilakukan dengan menggunakan alat pengindera (sensor) yang dipasang pada pesawat terbang atau satelit (Lillesand dan Keifer, 1994). Aplikasi satelit penginderaan jauh telah mampu memberikan data/informasi tentang sumberdaya alam dataran dan sumberdaya alam kelautan secara teratur dan periodik.

     Salah satu keuntungan dari data citra satelit untuk deteksi dan inventarisasi sumberdaya lahan pertanian adalah setiap lembar (scene) citra ini mencakup wilayah yang sangat luas yaitu sekitar 60–180 km2 (360.000–3.240.000 ha). Dengan mengamati daerah yang sangat luas sekaligus, beserta keadaan lahan yang mencakup topografi/relief, pertumbuhan tanaman/ vegetasi dan fenomena alam yang terekam dalam citra memberi peluang untuk mengamati, mempelajari pengaruh iklim, vegetasi, litologi dan topografi terhadap penyebaran sumberdaya lahan dan lahan pertanian (Puslit. Tanah dan Agroklimat, 2000). Ketersediaan data Inderaja/citra satelit dalam bentuk digital memungkinkan penganalisaan dengan komputer secara kuantitatif dan konsisten. 

     Pemanfaatan teknologi Inderaja di Indonesia perlu lebih dikembangan dan diaplikasikan untuk mendukung efisiensi pelaksanaan inventarisasi sumberdaya lahan/tanah dan identifikasi penyebaran karakteristik lahan pertanian (lahan sawah, lahan kering, lahan rawa, lahan tidur, lahan kritis, estimasi produksi) terutama pada wilayah sentra produksi pangan. Keragaman data dan informasi lahan pertanian dan produksinya mulai dirasakan pada tahun 1980-an (Ditjen TPH, 1998). Penyebaran, kondisi serta perubahan lahan tidak dapat diketahui secara pasti tanpa bantuan teknologi yang lebih maju. 

     Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi (1,6% per tahun) menyebabkan perubahan penggunaan lahan dengan cepat (Adimihardja et al., 2004), sehingga inventarisasi dan pemantauan penggunaan lahan yang dilaksanakan secara teristris (ground base method) sering tidak dapat mengikuti laju perubahannya. Dalam usaha pemantapan ketahanan pangan dan pengadaan stok pangan nasional, pada era globalisasi informasi dituntut ketepatan, kecepatan penyampaian data sumberdaya pertanian. Teknologi Inderaja memungkinkan untuk digunakan dalam deteksi penyebaran lahan pertanian, dan hasilnya merupakan sumber informasi utama dalam pemutakhiran dan pembaharuan (updating) data sumberdaya pertanian.


ICT dalam Pengembangan Agribisnis Pertanian di Indonesia

     Masalah pertanian dari dahulu pada saat bangsa Indonesia merdeka di tahun 1945, sampai sekarang yang usianya sudah 63 tahun, tampaknya berkisar pada problematik apakah sektor pertanian ini mampu mensejahterakan petani dan masyarakat pertanian. Jawabannya ternyata memang masih belum bisa, terbukti produktivitas pertanian belum seperti yang diharapkan dan pendapatan serta kesejahteraan petani yang masih relatif rendah. 


     Karena itu perlu upaya untuk mempercepat dan meningkatkan peran sektor pertanian tersebut melalui pendekatan baru, yaitu pemanfaatan Information and Communication Technology (ICT) di berbagai kegiatan pertanian, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil pembangunan pertanian. Pemanfaatan ICT untuk pengembangan agribisnis di Indonesia tampaknya memang belum optimal. Namun secara bertahap pemanfaatan ICT ini akan semakin banyak dimanfaatkan dalam pengembangan agribisnis pada masa-masa mendatang.

Jenis-jenis ICT yang Sering Digunakan Pengembangan Agribisnis
     Teknologi yang sering digunakan dalam aplikasi ICT diberbagai kegiatan, apakah itu digunakan di kegiatan agribisnis maupun di aktivitas lainnya, lazimnya dapat dikelompokkan menjadi lima macam. Ke lima macam teknologi ini (ditambah lagi dengan kombinasi dari ke lima macam teknologi tersebut) bermula dari yang paling sederhana sampai pada teknologi yang mutakhir. Teknologi yang paling sederhana ini, misalnya teknologi yang digunakan terbatas pada pendukung kegiatan agribisnis, seperti brosur penyuluhan, iklan produk pertanian, dan sebagainya.
Ke lima macam teknologi ini adalah:
1. Teknologi Cetak.
     Yang masuk dalam teknologi cetak ini antara lain modul untuk penyuluhan pertanian, tutorial tertulis bagi peserta pelatihan pertanian, buku-buku pertanian, brosur-brosur pertanian, dsb-nya.
2. Teknologi Audio
     Yang masuk dalam teknologi audio ini antara lain :
a.   Kaset tape (pembelajaran yang menggunakan kaset).
b. Siaran radio (pembelajaran yang menggunakan radio). Siaran radio pertanian dengan program kelompok pendengar siaran radio pertanian atau juga ada Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pemirsa (Kelompencapir).
c. Telepon dan voice mail telephone (konsultasi, penyuluhan, pelatihan, pembelajaran atau tutorial yang menggunakan telepon. Tele-conferencing juga termasuk kelompok ini karena komunikasinya menggunakan telepon.


3.Teknologi Video dan Televisi (TV)
     Teknologi ini pada dasarnya adalah teknologi yang digunakan untuk penyuluhan, pelatihan, pembelajaran atau tutorial melalui TV, VCD, Kaset video. Video-conferencing juga memanfaatkan TV. Yang masuk dalam kelompok ini adalah siaran TV, VCD, fiber optics, video tape, video text, video messaging, dsb-nya.
4. Teknologi Komputer
     Teknologi ini pada dasarnya menggunakan komputer sebagai alat bantu pemberian informasi. Pembelajaran yang menggunakan komputer, seperti Computer Assisted Instruction (CAI), Computer Based-Learning (CBL), Computer Based-Technology (CBT), chatting, bulletin board, e-mail, internet, on-line learning, dll. Komputer sering juga dipakai untuk membuat database di mana komputer digunakan untuk pengumpulan dan penyimpanan data dan komputasi.
5. Teknologi Internet
     Teknologi ini berkembang pesat setelah ditemukannya internet. Bahkan kini orang sudah sangat ketergantungan dengan teknologi internet ini, melalui apa yang dinamakan web-based activities. Disamping dari lima macam teknologi di atas, kini juga banyak digunakan kombinasi dari lima macam teknologi tersebut. Perpaduan lima macam teknologi tersebut merupakan teknologi yang dirancang untuk memanfaatkan kombinasi audio-data, video-data, audio-video, dan audio-video-web dengan menggunakan komputer.


     Pemerintah yang ditugasi membangun sektor pertanian sebenarnya juga telah mulai mempertimbangkan dan memasukkan ICT ini dalam program pembangunan lima tahun Departemen Pertanian. Kini, Departemen Pertanian memperkenalkan program yang dinamakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Primatani). Program ini pada dasarnya dirancang untuk mempercepat pemanfaatan hasil-hasil penelitian untuk segera diterapkan di masyarakat pertanian, khususnya dengan memanfaatkan keunggulan ICT.


     Kemudian diperkenalkan pula sebuah program yang diberi nama FEATI atau Farmer Empowerment through Agriculture Technology and Information atau Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi (Departemen Pertanian, 2007). Tujuan dari diperkenalkan program FEATI ini adalah memberdayakan petani dan organisasi petani dalam peningkatan produktifitas pendapatan dan kesejahteraan petani kemudian diperkenalkan pula sebuah program yang diberi nama FEATI atau Farmer Empowerment through Agriculture Technology and Information atau Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi (Departemen Pertanian, 2007). 
     Tujuan dari diperkenalkannya program FEATI ini adalah memberdayakan petani dan organisasi petani dalam peningkatan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan aksesibilitas terhadap informasi, teknologi, modal dan sarana produksi, pengembangan agribisnis dan kemitraan usaha.
     Kegiatan utama dari FEATI ini adalah mengandalkan pemanfaatan ICT dalam memberikan penyuluhan pertanian. Program FEATI adalah dirancang untuk melaksanakan:
1. Pengembangan kelembagaan penyuluhan
2. Pengembangan kelembagaan petani
3. Penguatan ketenagaan penyuluhan
4. Perbaikan sistem dan metode penyuluhan
5. Perbaikan penyelenggaraan penyuluhan
6. Penguatan dukungan teknologi pada usaha tani/agribisnis di tingkat petani 
7. Perbaikan pelayanan teknologi dan informasi pertanian


     Kini ICT juga dicoba untuk mendorong agar pertanian Indonesia mampu bersaing. Hal ini dapat dimengerti karena peran ICT sering menonjol, apakah itu di kegiatan teknologi produksi maupun di kegiatan teknologi informasi. Dengan demikian, lambat atau cepat, maka pelaku agribisnis di Indonesia harus bisa menguasai teknologi tersebut.
     Komponen ICT ini lazimnya dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
1. Technoware (fasilitas fisik, misalnya mesin)
2. Humanware (kemampuan/ketrampilan tenaga kerja)
3. Infoware (informasi/data), dan
4. Orgaware (organisasi)


     Misalnya untuk tingkat pengembangan suatu perusahaan hasil olahan dari produk pertanian, bantuan ICT akan sangat menentukan proses kegiatan perusahaan tersebut. Ke empat komponen di atas, tentu saling kait mengkait satu sama lain, karena komponen yang satu akan saling mempengaruhi komponen yang lain.

Pemanfaatan ICT dalam Agribisnis di Indonesia
a. Peran Telepon atau Handphone (HP)
     Hasil penelitian Viranti, Anindita dan Soekartawi (2008) menunjukkan bahwa aplikasi model Factor Analysis dapat digunakan untuk mengetahui variabel-variabel yang berasosiasi kuat dengan HP yang dimiliki pedagang sayur mayur di Pasar Besar dan Pasar Induk Gadang Kota Malang. Hasil analisis menunjukkan bahwa merk, kemudahan mengoperasikan HP, harga HP and harga pulsa HP berasosiasi kuat dengan penggunaan HP dalam bisnis sayur mayur.
     Dilihat dari sisi pedagangnya sendiri, maka mereka yang mempunyai kemampuan membaca, mengakses informasi dan hidup yang relatif berkecukupan adalah berkecenderungan memanfaatkan HP dalam bisnis sayur mayurnya. Hasil penelitian juga memberikan indikasi bahwa pemanfaatan ICT (dalam hal ini HP) ternyata mampu meningkatkan portfolio bisnis. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan portfolio agribisnis, maka tidak menutup kemungkinan untuk memanfaatkan HP pada semua kegiatan agribisnis (Viranti, dkk, 2008).
     Penelitian lebih lanjut sangat dianjurkan, khususnya untuk menjawab sampai seberapa besar pemanfaatan HP mampu mengurangi biaya pemasaran, meningkatkan market intelligent dan perancanaan startegis, meningkatkan keakraban pelaku agribisnis dan sekaligus meningkatkan kepercayaan, meningkatkan dan memperluas akses pasar, dsb-nya
     Peran Telpon HP dapat juga dipakai untuk kegiatan monitoring. Misalnya di perkebunan kelapa sawit yang hamparannya lebih dari 10 hektar, seorang supervisor dapat memonitor pekerja yang sedang melakukan kegiatan di berbagai kawasan atau blok. Misalnya berapa pekerja yang masuk bekerja di blok1, blok2, dsb-nya, berapa pekerja pria dan berapa orang pekerja wanita, berapa bibit yang sudah ditanaman hari itu, berapa penggunaan pupuk yang dipakai, dan masih banyak contoh yang lain.
b. Peran Multimedia
  1. Radio Pertanian
     Peran siaran radio bagi penyuluhan pertanian sangat penting khususnya di daerah-daerah di mana kebanyakan petani mempunyai radio. Kini banyak Pemerintah Daerah mengembangkan siaran radio pertanian. Bahkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang tersebar di berbagai propinsi di Indonesia, juga ada yang membina siaran radio pertanian ini, baik siaran radio yang dimiliki Pemerintah daerah maupun swasta.
     Pada intinya tujuan siaran radio pertanian ini adalah mengetahui dan meningkatkan peran radio terhadap percepatan informasi teknologi yang disertai kegiatan penyuluhan pertanian. Dengan cara seperti ini, maka diharapkan masyarakat, khususnya masyarakat pertanian dapat mengetahui pola siaran hal-hal yang berkaitan dengan pertanian yang sesuai dengan apa yang diperlukan oleh petani.
     Kualitas siaran radio dan komponen pendukung siaran seperti materi siaran, program pendukung siaran (agar mendorong pendengar mendengarkan) seperti lagu-lagu dan persiapan kegiatan pengkajian, selalu terus ditingkatkan. Kegiatannya dapat dirancang, misalnya melakukan sosialisasi kegiatan; kemudian kegiatan test awal mengenai materi siaran yang akan diberikan. Post-test juga baik untuk dilakukan setelah satu bulan pelaksanaan program siaran.Tahap pelaksanaaan dilakukan dengan menyiarkan beberapa materi siaran dan kemudiaan dilakukan evaluasi oleh petugas, misalnya oleh pihak BPTP dengan mengevaluasi respon petani terhadap materi siaran, teknik siaran serta peningkatan kemampuan petani terhadap teknologi yang disiarkan yang dibuktikan dari peningkatan nilai test yang telah dibuat. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik tertentu.
     Salah satu contoh penggunaan siaran radio untuk penyuluhan yang berhasil adalah yang dilakukan oleh BPTP Sulawesi Tengah. Sejak tahun 2002, pembinaan radio amatir telah dirintis oleh BPTP dengan pelaksananya Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bahagia yang didukung oleh penyiar yang berasal dari pemuda dan anggota masyarakat setempat lainnya, menunjukkan bahwa siaran radio akan efektif kalau disiarkan mulai pukul 7.00 pagi hingga pukul 10.00 malam. 
     Walaupun program siaran radio ini dinilai berhasil, namun disana-sini masih pula dijumpai kendala, misalnya dalam kaitannya dengan pendanaan khususnya untuk honorarium pegawai, perawatan peralatan, dan sebagainya. Kini pemerintah Daerah Sulawesi Tengah terus mengembangkan program siaran radio ini mengingat geografis daerah yang kadang-kadang sulit ditempuh dengan kendaraan. Siaran radio pertanian untuk daerah yang terisolasi menjadi amat penting. 
     Propinsi Jawa Timur dahulu mempunyai siaran radio pertanian yang kuat di Wonokromo, Surabaya Selatan, sehingga saat itu radio benar-benar dapat dipakai sebagai alat penyuluhan pertanian untuk mensukseskan program Bimbingan Massal (Bimas) sehingga akhirnya Jawa Timur mampu mencapai swasembada beras di tahun 1984-1985. Sayangnya kini banyak pelaksanaan program siaran radio pertanian tidak dilaksanakan secara ‘full speed’ (tidak dilaksanakan sungguh-sungguh) dengan alasan keterbatasan dana.
  2. Televisi Pertanian
     Pemerintah juga pernah memanfaatkan Televisi (TV) untuk kegiatan penyuluhan pertanian. Hingga kinipun program ini masih ada, namun sering tidak atau kurang dirancang untuk kebutuhan penyuluhan atau pendidikan pertanian, namun lebih condong ke program hiburan. Mestinya program-program siatan pertanian di TV, apapun bentuk dan ragamnya, hendaknya memperhatikan kaidah manfaat, artinya bagaimana program siaran pertanian yang disiarkan di TV tersebut dapat secara cepat diadopsi masyarakat, khususnya oleh masyarakat pertanian. 
     Menurut (Rogers dan Shoemaker, 1986), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan siaran pertanian di TV ini, agar isinya cepat bermanfaat, yaitu program yang ditawarkan hendaknya berkaitan dengan cepat-tidaknya masyarakat melakukan adopsi siaran tersebut. Menurutnya, kecepatan adopsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 
1. Sifat inovasinya
2. Sifat sasaran
3. Cara pengambilan keputusan sasaran
4. Saluran komunikasi yang digunakan
5. Kondisi penyuluhnya sendiri dalam menyampaikan inovasi kepada sasaran
6. Ragam sumber informasi
     Menurut Soekartawi (2005b) dalam bukunya ’Komunikasi Pertanian’ menyarankan agar adopsi (dan difusi inovasi) teknologi dapat berhasil, maka teknologi (bahan yang disuluhkan melalui TV tersebut) sebaiknya:
1. Mampu memberikan keuntungan yang relatif dapat dirasakan oleh adopternya (orang yang meniru teknologi tersebut).
2. Bentuknya sederhana (simple) agar lebih mudah dipraktekkan.
3. Sifatnya kompabilitias yaitu teknologi tersebut sesuai kebutuhan dan tidak bertentangan dengan keunggulan lokal atau tidak berlawanan dengan adat istiadat, norma dan budaya setempat.
4. Mudah dicoba dengan memanfaatkan sumberdaya disekitar petani bertempat-tinggal.
5. Mudah dilakukan evaluasi oleh siapa saja, khususnya oleh petani.
     Patut dicatat bahwa karena sekarang ini seringkali muncul adanya perubahan lingkungan strategis global yang mengarah kepada semakin kuatnya liberisasi dan globalisasi perdagangan pertanian, maka hal ini akan membawa konsekuensi terhadap daya saing komoditi pertanian di pasar internasional. Dengan demikian, maka peran informasi (dan komukasi) secara cepat melalui TV atau radio menjadi lebih penting lagi. 
     Oleh karena itulah maka informasi dan komunikasi dari teknologi pertanian yang dibutuhkan petani semestinya juga mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang ada tersebut. Dengan demikian, informasi dan teknologi, bukan sekedar dapat meningkatkan produktivitas, tetapi juga dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi mereka khususnya petani beserta keluarganya. Berkait dengan masalah ekonomi keluarga tani, tidak lepas dari pendapatan usahatani. Pendapatan petani adalah pendapatan yang diperoleh dari seluruh cabang usahatani selama waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual (Soekartawi, 1990).
  3. Peran Komputer
     Penelitian Sudaryanto terhadap pedagang pertanian di beberapa kota di Jawa Timur, juga memberikan indikasi bahwa petani yang berpengalaman (usia >41 tahun) dan berpendidikan (melalui kursus-kursus) dan besarnya nilai omzet bisnis produk pertaniannya, adalah mereka yang memanfaatkan komputer dalam kegiatan bisnisnya (Sudaryanto, Courvisanos and Soekartawi, 2007). Hasil studi ini juga memberikan informasi bahwa komputer ternyata sangat membantu meningkatkan portfolio bisnis produk pertanian.
     Dalam kesempatan lain, Sudaryanto, Courvisanos and Soekartawi (2007) juga melaporkan bahwa pemanfaatan komputer untuk pengembangan agribisnis ternyata juga mampu meningkatkan nilai tambah. Model pemanfaatan komputer, dari hasil penelitiannya, dapat dilihat di Gambar 1. Terlihat di Gambar 1 bahwa proses sampai akhirnya pedagang produk pertanian melakukan adopsi komputer untuk mendukung kegiatan agribisnisnya, memang memerlukan suatu proses yang panjang.

Peranan Radio dalam Pembangunan Pertanian

     Radio adalah media komunikasi yang tergolong dalam media massa yang digunakan untuk penyampaian pesan kepada khalayak. Radio memiliki daya tembus, daya langsung, dan daya tarik. Ketiga daya tersebut merupakan keunggulan radio dalam meningkatkan kefektivitasan pesan yang disampaikannya. Pembangunan pertanian adalah suatu upaya peningkatan produksi pertanian melalui ketahanan pangan yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani. 

     Upaya tersebut dapat dilakukan dengan penyebaran informasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan juga penyebaran hasil pertanian secara merata. Radio merupakan media massa yang cukup efektif dalam menyampaikan informasi pertanian dan penyebaran hasil pembangunan. Kemudahan dalam mengaksesnya, serta harganya yang cukup murah menjadikan radio efektif dalam pembangunan pertanian khususnya di daerah pedesaan.

     Radio sudah lama dimanfaatkan kegunaannya dalam berkomunikasi bagi manusia. Radio pada awalnya mempunyai tiga kegunaan, yaitu sebagai alat hiburan, alat penerangan, dan alat pendidikan, namun setelah meletusnya perang dunia melanda negara-negara eropa fungsi radio bertambah sebagai alat propaganda yang bertujuan untuk menyampaikan ideologi suatu bangsa ke dalam ataupun luar negeri. Pada masa sekarang ini, kemungkinan besar radio dimanfaatkan sebagai alat hiburan, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya kehadiran radio-radio lokal yang program utama acaranya adalah hiburan, seperti musik. Adapun peran yang lain dari radio adalah sebagai alat penerangan atau penyebar informasi.
     Salah satu peran radio dalam menyampaikan informasi adalah berpartisipasi dalam pembangunan pertanian. Dalam pembangunan pertanian, radio sebagai penyebar pesan dan hasil-hasil pertanian. Esensi dari pembangunan pertanian itu sendiri adalah adanya upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian seperti bertambahnya inovasi dan kemajuan teknologi, dan adanya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Pesan dan informasi yang disampaikan dari hasil pembangunan memiliki suatu tujuan.


     Dalam usaha pembangunan, haruslah bertujuan untuk meningkatkan derajat manusia, terutama masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan agar mereka dapat hidup layak. Oleh karena itu, langkah yang harus dilakukan dalam pembangunan adalah mengurangi tingkat kemiskinan. Dalam pembangunan pertanian, maka yang harus dilakukan adalah mengurangi tingkat kemiskinan pada masyarakat petani dengan cara meningkatkan produksi pertanian.

     Di Indonesia, peran radio dalam pembangunan pertanian telah dilakukan sejak dahulu. “Dalam ringkup radio, dikenal Siaran Pedesaan, yang mula-mula dimulai sebagai Siaran Pertanian”. “ Di samping itu suatu skripsi tentang Siaran Pedesaan di Kulon Progo (khususnya tentang pedesaan oleh TVRI-Yogyakarta dengan nama “mBangun Desa) membuktikanbahwa pelaksanaan yang dianjurkan oleh siaran tersebut lebih terjamin dan berhasil di desa-desa di mana terbanyak anggota kelompoknya adalah wanita” (Susanto,1982:177). Contoh tersebut telah membuktikan bahwa di Indonesia radio telah berperan dalam pembangunan pertanian melalui program Siaran Pedesaan. 


Keefektifan Radio dalam Penyampaian Pesan dan Informasi Hasil Pertanian
     Radio merupakan media yang tepat untuk menyampaikan pesan dan informasi dalam pembangunan pertanian. Menurut Ariyani (2008:15), “Adapun alasan penggunaan media radio, yakni dapat menjangkau banyak orang dalam waktu yang sama, menumbuhkan pemikiran pada para pendengar tentang masalah yang sedang dihadapi, dan menyebarluaskan informasi secara cepat dalam keadaan darurat”. Menurut Wiriatmaja (1977) dikutip dalam Ariyani (2008:15), cara yang dapat ditempuh untuk mencapainya adalah : 

a. Tumbuhkan kegemaran untuk mendengarkan radio secara berkelompok di pedesaan
b. Tumbuhkan kegemaran untuk mendengarkan radio secara berkelompok di pedesaan
c. Tumbuhkan kegemaran untuk berkorespondensi dengan studio radio atau dengan dewan pembina siaran pedesaan guna mengemukakan keinginan, keperluan, dan pendapatnya
d. Penyuluh juga harus sering berhubungan dengan studio radio
e. Acara-acara yang menarik supaya diumumkan terlebih dahulu
f. Mengirimkan secara teratur berita, cerita, dan pandangan tentang hal-hal yang terjadi setempat kepada studio radio
g. Usahakan partisipasi dari orang-orang daerah yang berbakat untuk mengisi acara radio.

     Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan radio, yaitu daya langsung, daya tembus, dan daya tarik. Daya langsung radio siaran yaitu proses penyusunan dan penyampaian pesan yang relatif cepat. Daya tembus berkaitan dengan sifat radio siaran yang tidak mengenal jarak dan rintangan. Sedangkan daya tarik yaitu adanya tiga unsur yang ada pada radio, yaitu musik, kata-kata, dan efek suara (sound effect). Keunggulan tersebut mendukung untuk memudahkan dalam penyampaian pesan. 

     Dalam pembangunan pertanian pada komunitas Dayak di Kalimantan Barat, dalam penyampaian informasi pembangunan pertanian dan pengemasan materi komunikasi yang tepat, informasi dan teknologi dapat diakses oleh masyarakat Dayak melalui radio dengan mudah dan relatif murah, serta memiliki peluang untuk menjangkau pendengar yang lebih luas dan dapat diakses secara lebih murah (Kifli,2007:123). Oleh karena itu, radio merupakan media komunikasi yang efektif dalam penyampaian informasi pembangunan pertanian karena aksesnya mudah dijangkau oleh masyarakat petani yang umumnya memiliki keterbatasan ekonomi. 

Hambatan Radio dalam Penyampaian Pesan Pembangunan

     Media radio selain memiliki keunggulan dan efektif dalam menyampaikan pesan pembangunan, juga memiliki hambatan. Dalam proses pembangunan, manusia ada kecenderungan untuk menginginkan sifat manusiawi, yaitu situasi tatap muka atau komunikasi antarpribadi (interpersonal communication). “ Karena radio merupakan suatu alat mati, maka radio sebenarnya tidak mempunyai sifat-sifat manusiawi tersebut”. Agak lain halnya dengan televisi yang di samping suara, masih membawa gambar dari komunikator, sehingga penyajian pesan nampaknya menjadi lebih “manusiawi’ dengan terjadinya tatap muka yang semu (Susanto,1982:175). 

     Selain itu, ada kelemahan radio yang menghambat penyampaian pesan, “ Bahwa radio juga memiliki kelemahan, terutama informasinya yang selintas membuat informasi yang disampaikan sulit diingat, karena siaran radio melalui pendengaran dan hanya sekali maka informasi tersebut tidak bisa di dokumentasikan oleh pendengarnya” (Romli,2004) dikutip dalam Puspitasari (2009:10).

     Hambatan-hambatan radio dalam komunikasi pembangunan dapat diatasi oleh beberapa cara. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas penyampaian esapesan pembangunan adalah dengan pendekatan manusiawi. Pendekatan manusiawi tersebut ialah pemanfaatan informasi oleh komunikator tentang situasi khalayak yang ingin dicapai. Menurut Susanto (1982:182), cara tersebut dapat berupa teknik penyajian, erudisi, relevansi, dan sifat lokal. Dengan cara tersebut merupakan unsur-unsur yang dapat mendekatkan komunikator dengan khalayak, terutama komunikator yang tidak berhadapan muka dengan khalayak.